Sembuh dari Derita Radang Sendi
Dua
belas tahun ia hidup di atas kursi roda. Osteoartritis alias radang
sendi bagai memenjarakannya. Akibat penyakit itu,Wihardja Zain –begitu
nama pria itu – tak mampu lagi berjalan. Jari tangan dan jari kaki
membengkok dan dari sela-sela keluar cairan putih lengket seperti cat.
Untuk mengurangi kejenuhan, ia lebih banyak membaca buku dalam rumah di
Gegerkalong, kota Bandung.
Penyakit
itu menyambangi Wihardia setelah kaki kanannya terkilir. la tak menduga
kecelakaan itu berdampak dahsyat bagi tubuhnya. Ahli refleksiologi di
Bandung yang didatangi menolak mengobati, lantaran jika direfleksi malah
berdampak buruk. Anak ke-6 dari 10 bersaudara itu disarankan untuk
memeriksakan diri ke dokter.
Tak ada
pilihan baginya selain memenuhi saran itu. Alangkah kagetnya Wihardja
saat divonis dokter mengidap radang sendi kronis. Ia memang merasakan
seluruh tubuhnya nyeri dibarengi demam tinggi. Alumnus Sekolah Tinggi
Theologi Jakarta itu terpaksa menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit
di Jakarta. Asupan obat-obatan dari dokter bisa meredakan sendinya yang
kaku dan linu saat kambuh. Namun, beberapa jam kemudian nyeri menusuk
tulang kembali datang. Pada kondisi seperti itu, meronta pun tak dapat
dilakukan.
Kondisi memburuk
Selama 4
hari di rumah sakit. Wihardja tidak merasakan kesehatannya membaik. Oleh
karena itu, ia memilih melakukan pengobatan di rumah. Obat-obatan
rematik dibelinya di apotek meski tanpa resep dokter. “Dosisnya terserah
saya,” katanya. Jika dosis sehari 3 kali satu sendok makan tak mampu
mengubah kondisinya. ia menaikkan menjadi dua kali lipat. la pernah
menenggak dosis hingga 3 kali lipat ketika rasa nyeri akibat radang tak
kuat dibendung. Asupan obat-obatan kimia itu berlangsung hingga 14
tahun.
Pada usia
46 tahun, dampak konsumsi obat kimia mulai tampak. Ginjal dan jantungnya
tak mampu memfilter zat toksik dalam darah. Stroke dan rematik pun
scgcra hinggap di tubuhnya sehingga is kembali dirawat di rumah sakit.
Kali ini, dalam 2 hari mendapat perawatan dokter, kondisi kesehatan
Wihardja membaik. Bicaranya yang semula agak pelo mulai normal. Meski
ayah satu anak itu tidak bisa beraktivitas dan hanya berbaring di
tempat tidur lantaran tidak bertenaga.
Setahun di
pembaringan menunggu kesembuhan. justru berdampak buruk bagi Wihardja.
Organ-organ tubuhnya melemah, semakin sulit digerakkan. Satu per satu
jari-jari tangan tak berfungsi. Awalnya ibu jari kaki kanan bengkok dan
tak bisa dikembalikan ke posisi semula. berikutnya tulang beberapa
jemarinya mencair bersama darah dan membentuk tonjolan daging mirip
bisul. Lama ¬kelamaan, bengkak itu menghitam lantas mengeluarkan cairan
putih susu dan lengket seperti cat.
Berkat gamat
Putus asa
dengan obat -obatan kimia, Wihardja mencoba beralih ke obat-obatan
herbal. Ia memanfaatkan antara lain sambiloto, mahkotadewa, dan daun
murbay. Sayang, harapan kesembuhan bagai fatarmorgana. Di tengah
kegalauan itu, Sudarti, istri Wihardja membaca artikel Trubus mengenai
keampuhan gamat sebutan teripang di Malaysia- pada pengidap lupus
sendi. Berharap terbebas dari derita sakit sendi, Wihardja menerima
tawaran sang istri untuk minum gamat. Cairan bening agak kental itu
diminum 3 kali sehari masing-masing 1 sendok makan.
Aneh luar
biasa. “Baru satu sendok diminum, tangannya sudah bisa bergerak,” kata
Sudarti. Padahal sudah 5 minggu jari jemari Wihardia tak bisa
digerakkan. Tanda-tanda kesembuhan semakin tampak. Seminggu mengkonsumsi
gamat, kakinya dapat dipijakkan di lantai. walau masih duduk di kursi
roda. Kondisi Wihardja benar-benar pulih setelah rutin minum gamat
selama 2 bulan. Kini pria murah senyum itu sudah bisa melakukan
aktivitasnya mengetik sebagai penulis buku.
“Itu
karena gamat tinggi kandungan kondroitin sulfat dan glukosamin,” kata
Walter K.M.Yee, ahli nutrisi dari Malaysia. Kondroitin sulfat memacu
pertumbuhan tulang baru, memperbaiki dan merawat tulang normal.
Sedangkan glukosaminoglikan merupakan zat antithrombogenik pelancar
peredaran darah yang menggumpal. Pada 1992. studi klinis di Universitas
Queensland, Australia, mengungkap gamat mengandung zat pembangun
jaringan persendian yang rusak serta antipembengkakan. Sebab glukosamin
dan kondroitin jumlahnya sedlikit pada pengidap radang sendi. Selain
itu, gamat sumber utama vitamin A, B1, B2, B3, dan C, kalsium, besi,
magnesium, dan seng yang berperan meregenerasi sel tubuh rusak dan
penghadang gempuran penyakit.
Tulang rusak
Menurut
Edward H. Yelin PhD dari Medicine and Health Policy, University of
California San Fransisco, osteoartritis disebabkan proses produksi,
perawatan dan perbaikan tulang rawan di dalam sel terganggu. Tulang
rawan merupakan lapisan penutup tulang pada persendian. la berisi
kondrosit penghasil protein kondroitin sulfat dan keratin sulfat.
Jumlah
protein kondroitin berkurang bila produksi kondrosit terhambat. Itu
terjadi bila secara terus menerus asupan gizi makanan kurang, salah
gerakan saat berolahraga, dan kecelakaan. Akibatnya tendon, ligamen, dan
urat pada sendi menyatu sehingga persendian kaku dan linu.
Lama-kelamaan
tulang rawan tak berfungsi, retak, dan timbul pengapuran. Itu terjadi
di tulang leher, punggung, dan seluruh persendian. Penderita mengalami
hilang keseimbangan dan sulit berjalan. Jika dibiarkan sampai
bertahun-tahun, sendi melebar dan terrjadi kontraksi otot karena sel
responsif berlebihan memproduksi leukotrien dan sitokina. Kedua zat itu
berperan sebagai komponen pembengkakan. Gejalanya diawali kulit memerah
dan menbengkak dan serta suhu tubuh meningkat.
Penyembuhan
radang sendi biasanya menggunakan obat kimia berkarakterstik nonsteroid
serta antipembengkakan yang disebut NSAIDs. Namun penelitian P.M
Brooks, SR Potter. dan Buchanan pada 1980 yang dikutip Journal Rheutatol
9 mengungkap obat obatan seperti ibuprofen, piroxicam, diclonac,
fernoprofen hanya meredam rasa sakit dalam jangka pendek. Sementara efek
sampingnya cukup banyak seperti nyeri lambung dan pencernaan, bisul,
sakit kepala, dan memacu perusakan sendi.
Wajarlah
jika hasil penelitian gamat oleh Dr Mittchell Kurk, dircktur medis
Biomedical Revitalization Center of Lawrence, New York disosialisasikan.
Temuan Kurk menunjukkan gamat dapat meningkatkan kesehatan fisik bagi
70% pengidap radang sendi dan tanpa efek samping. Tak heran, Departemen
Kesehatan Australia dan Selandia Baru telah mengizinkan pengobatan sendi/nyeri sendi dengan gamat.
Sumber : Trubus Edisi 439, Juni 2006